Menteri LH Akan Ajukan Gugatan terhadap Produsen yang Menjadi Penyumbang Sampah Terbesar di Indonesia

Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengambil sikap tegas terhadap pengelolaan sampah plastik di Indonesia, menyuarakan kritik terhadap produsen yang abai. Langkah ini didasari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Tindakan Hukum

• Penegasan Tindakan: Hanif menegaskan akan menerapkan langkah hukum, berdasarkan data konkret, terhadap para produsen penyumbang sampah. Pernyataan ini disampaikan saat mengunjungi fasilitas daur ulang di Bali.

• Sumber Penyumbang Terbesar: Berdasarkan Brand Audit Report 2024 oleh Sungai Watch, perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) multinasional dari Prancis dinobatkan sebagai penyumbang sampah plastik terbesar selama empat tahun berturut-turut.

Temuan dan Kritik

• Kontribusi Sampah: Perusahaan tersebut menyumbang sebanyak 36.826 item sampah plastik berdasarkan analisis lebih dari 600.000 item sampah di Bali dan Banyuwangi.

• Kemasan Plastik Sekali Pakai: Meskipun mengklaim inisiatif daur ulang, kemasan gelas plastik kecil tetap menjadi kontributor utama pencemaran, sulit untuk didaur ulang.

Aksi Kementerian LH

• Tuntutan dan Pemulihan: Kementerian LH akan menerbitkan paksaan kepada produsen berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, serta menyiapkan skema ganti rugi dan pemulihan lingkungan.

• EPR dan Tanggung Jawab Produsen: Kebijakan Extended Producer Responsibility menjadi kunci, dengan menekankan tanggung jawab produsen dalam mengelola sampah kemasan mereka.

Menyelaraskan Komitmen

• Kritik Sungai Watch: Laporan tersebut juga mengkritisi ketidakselarasan antara klaim dan praktik lapangan, serta menekankan perlunya aksi nyata dalam mengurangi polusi plastik.

Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa pihaknya tidak akan ragu untuk mengajukan gugatan hukum ke pengadilan, termasuk sanksi pidana, jika langkah-langkah untuk menegakkan tanggung jawab produsen terbukti tidak efektif.